Senin, 28 Desember 2015

Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Ekskresi



LAPORAN PRAKTIKUM 
FISIOLOGI HEWAN
EKSKRESI (PEMERIKSAAN URIN)
(Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Praktikum Fisiolgi Hewan Dari Dosen : Siti Nurkamilah, S.Pd)


Disusun Oleh :
Ririn Herlina (1354.2007)
Siti Maelani (1354.2015)
Siti Yulianti (1354.2018)
Rismanudin (1354.2030)
Siti Mudrikah (1354.2033)
3B
(PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI)





LABORATORIUM BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP-GARUT
2015

A.    Judul        : Ekskresi (Pemeriksaan Urine)

B.     Tujuan
1.      Untuk membuktikan ada tidaknya glukosa dalam urine
2.      Untuk membuktikan ada tidaknya albumin dalam urine
3.      Untuk membuktijkan ada tidaknya chlorida dalam urine
4.      Untuk mengenal bau amonia dari hasil penguraian urea dalam urine

C.    Landasan Teori
Sistem ekskresi merupakan sistem yang berperan dalam pembuangan zat-zat yang sudah tidak diperlukan (zat sisa) ataupun zat-zat yang membahayakan tubuh dalam bentuk larutan. Ekskresi terutama berkaitan dengan pengeluaran senyawa-senyawa nitrogen. Selama proses pencernaan makanan, protein dicerna menjadi asam amino dan diabsorpsi darah, kemudian dipergunakan oleh sel-sel tubuh untuk membentuk protein-protein baru. Di dalam tubuh vertebrata, asam amino yang berlebihan akan dirombak menjadi ammonia dan diekskresikan lewat ginjal sebagai senyawa – senyawa ammonium sulfat, ammonium fosfat, urea, asam urat atau trimethylamine. Semua zat sisa yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh sebagian akan dikeluarkan bersama urin (Team Pengajar: 2012).
Organ ekskretori menjamin agar komposisi cairan tubuh dapat berada dalam perbandingan yang benar. Pengaturan konsentrasi osmotis cairan tubuh dilakukan dengan mengatur konsentrasi bahan-bahan terlarut dan air. Organ ekskretori berperan pada pengeluaran senyawa buangan metabolism, misalnya hasil pemecahan senyawa yang mengandung nitrogen. Pada manusia, diperlukan pula mekanisme pembuangan senyawa eksogen (senyawa yang terkandung pada obat-obatan).
Fungsi utama organ ekskretori adalah:
1)     mempertahankan bahan terlarut yang sesuai bagi kebutuhannya;
2)     mempertahankan volume tubuh (kandungan cairan);
3)     membuang hasil akhir metabolism;
4)     membuang bahan-bahan asing atau produk metabolism bahan tersebut
Pada hewan, organ ekskretori dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu organ ekskretori umum (vakuola berdenyut, nefridia, saluran Malpighi, dan netron) dan organ ekskretori khusus (kelenjar garam pada insang dan kelenjar rectum, insang, hati pada vertebrata) (Wiwi Isnaeni: 2006).
Urine berbau khas jika diberikan agak lama, berbau ammonia pada kisar 6.8-7.2. kandungan air, urea, asam urat, ammonia, keratin, asam oksalat, asam fosfat, asam sulfat, klorida. Volume urine normal, kisaran 900-1200ml.
v  Komposisi Urine
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh.
Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan komposDiabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat. Kandungan Urin Normal mengandung sekitar 95% air. Komposisi lain dalam urin normal adalah bagian padaat yang terkandung didalam air. Ini dapat dibedakan beradasarkan ukuran ataupun kelektrolitanya, diantaranya adalah :Molekul Organik : Memiliki sifat non elektrolit dimana memiliki ukaran yang reativ besar, didalam urin terkandung : Urea CON2H4 atau (NH2)2CO, Kreatin, Asam Urat C5H4N4O3, Dan subtansi lainya seperti hormon.
Ion  Sodium (Na+), Potassium (K+), Chloride (Cl-), Magnesium (Mg2+, Calcium (Ca2+). Dalam Jumlah Kecil : Ammonium (NH4+), Sulphates (SO42-), Phosphates (H2PO4-, HPO42-, PO43-), (Guyton, 1996)
Warna urine yang normal yaitu berwarna kekuning-kuningan. Obat-obatan dapat mengubah warna urine seperti orange gelap. Warna urine merah, kuning, coklat merupakan indikasi adanya penyakit ( Anonim, 2008 ).
Bau urine normal yaitu berbau aromatik yang memusingkan. Bau yang merupaka indikasi adanya masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu ( Anonim, 2008 )
Berat jenis adalah berat atau derajat konsentrasi bahan (zat) dibandingkan dengan suatu volume yang sama dari yang lain seperti air yang disuling sebagai standar. Berat jenis air suling adalah 1, 009 ml. Normal berat jenis : 1010 – 1025.
Kejernihan  normal urine terang dan transparan. Urine dapat menjadi keruh karena ada mucus (Anonim,2008).
PH normal urine sedikit asam (4,5 - 7,5). Urine yang telah melewati temperatur ruangan untuk beberapa jam dapat menjadi alkali karena aktifitas bakteri. Vegetarian urinennya sedikit alkali ( Anonim, 2008 ).
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril. Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi.

v  Mekanisme Pembentukan Urine
a. Penyaringan ( Filtrasi )
Filtrasi darah terjadi di glomerulus, dimana jaringan kapiler dengan struktur spesifik dibuat untuk menahan komponen selular dan medium molekular protein besar kedalam vascular system, menekan cairan yang identik dengan plasma di elektrolitnya dan komposisi air. Cairan ini disebut filtrate glomerular. Tumpukan glomerulus tersusun dari jaringan kapiler. Di mamalia, arteri renal terkirim dari arteriol afferent dan melanjut sebagai arteriol eferen yang meninggalkan glomrerulus. Tumpukan glomerulus dibungkus didalam lapisan sel epithelium yang disebut kapsula bowman. Area antara glomerulus dan kapsula bowman disebut bowman space dan merupakan bagian yang mengumpulkan filtrate glomerular, yang menyalurkan ke segmen pertama dari tubulus proksimal. Struktur kapiler glomerular terdiri atas 3 lapisan yaitu : endothelium capiler, membrane dasar, epiutelium visceral. Endothelium kapiler terdiri satu lapisan sel yang perpanjangan sitoplasmik yang ditembus oleh jendela atau fenestrate.
Dinding kapiler glomerular membuat rintangan untuk pergerakan air dan solute menyebrangi kapiler glomerular. Tekanan hidrostatik darah didalam kapiler dan tekanan oncotik dari cairan di dalam bowman space merupakan kekuatn untuk proses filtrasi. Normalnya tekanan oncotik di bowman space tidak ada karena molekul protein yang medium-besar tidak tersaring. Rintangan untuk filtrasi ( filtration barrier ) bersifat selektiv permeable. Normalnya komponen seluler dan protein plasmatetap didalam darah, sedangkan air dan larutan akan bebas tersaring.
Pada umunya molekul dengan raidus 4nm atau lebih tidak tersaring, sebaliknya molekul 2 nm atau kurang akan tersaring tanpa batasan. Bagaimanapun karakteristik juga mempengaruhi kemampuan dari komponen darah untuk menyebrangi filtrasi. Selain itu beban listirk (electric charged ) dari sretiap molekul juga mempengaruhi filtrasi. Kation ( positive ) lebih mudah tersaring dari pada anionBahan-bahan kecil yang dapat terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein).
b. Penyerapan (Absorsorbsi)
Tubulus proksimal bertanggung jawab terhadap reabsorbsi bagian terbesar dari filtered solute. Kecepatan dan kemampuan reabsorbsi dan sekresi dari tubulus renal tiak sama. Pada umumnya pada tubulus proksimal bertanggung jawab untuk mereabsorbsi ultrafiltrate lebih luas dari tubulus yang lain. Paling tidak 60% kandungan yang tersaring di reabsorbsi sebelum cairan meninggalkan tubulus proksimal. Tubulus proksimal tersusun dan mempunyai hubungan dengan kapiler peritubular yang memfasilitasi pergherakan dari komponen cairan tubulus melalui 2 jalur : jalur transeluler dan jalur paraseluler. Jalur transeluler, kandungan ( substance ) dibawa oleh sel dari cairn tubulus melewati epical membrane plasma dan dilepaskan ke cairan interstisial dibagian darah dari sel, melewati basolateral membrane plasma).
Jalur paraseluler, kandungan yang tereabsorbsi melewati jalur paraseluler bergerakdari vcairan tubulus menuju zonula ocludens yang merupakan struktur permeable yang mendempet sel tubulus proksimal satu daln lainnya. Paraselluler transport terjadi dari difusi pasif. Di tubulus proksimal terjadi transport Na melalui Na, K pump. Di kondisi optimal, Na, K, ATPase pump manekan tiga ion Na kedalam cairan interstisial dan mengeluarkan 2 ion K ke sel, sehingga konsentrasi Na di sel berkurang dan konsentrasi K di sel bertambah. Selanjutnya disebelah luar difusi K melalui canal K membuat sel polar. Jadi interior sel bersifat negative . pergerakan Na melewati sel apical difasilitasi spesifik transporters yang berada di membrane. Pergerakan Na melewati transporter ini berpasangan dengan larutan lainnya dalam satu pimpinan sebagai Na ( contransport ) atau berlawanan pimpinan (countertransport ).
Substansi diangkut dari tubulus proksimal ke sel melalui mekanisme ini (secondary active transport ) termasuk gluukosa, asam amino, fosfat, sulfat, dan organic anion. Pengambilan active substansi ini menambah konsentrasi intraseluler dan membuat substansi melewati membrane plasma basolateral dan kedarah melalui pasif atau difusi terfasilitasi. Reabsorbsi dari bikarbonat oleh tubulus proksimal juga di pengaruhi gradient Na.
c. Penyerapan Kembali ( Reabsorbsi )
Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus distal. Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrate dikeluarkan dalam urin. Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1200 g garam, dan 150 g glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali.
Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder yang komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0,03′, dalam urin primer dapat mencapai 2% dalam urin sekunder. Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam mino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osn osis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal.
d. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warm dan bau pada urin. Zat sisa metabolisme adalah hasil pembongkaran zat makanan yang bermolekul kompleks. Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme antara lain, CO2, H20, NHS, zat warna empedu, dan asam urat (Cuningham, 2002).
Karbon dioksida dan air merupakan sisa oksidasi atau sisa pembakaran zat makanan yang berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Kedua senyawa tersebut tidak berbahaya bila kadarnya tidak berlebihan. Walaupun CO2 berupa zat sisa namun sebagian masih dapat dipakai sebagai dapar (penjaga kestabilan PH) dalam darah. Demikian juga H2O dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, misalnya sebagai pelarut (Sherwood.2001).
Amonia (NH3), hasil pembongkaran/pemecahan protein, merupakan zat yang beracun bagi sel. Oleh karena itu, zat ini harus dikeluarkan dari tubuh. Namun demikian, jika untuk sementara disimpan dalam tubuh zat tersebut akan dirombak menjadi zat yang kurang beracun, yaitu dalam bentuk urea. Zat warna empedu adalah sisa hasil perombakan sel darah merah yang dilaksanakan oleh hati dan disimpan pada kantong empedu. Zat inilah yang akan dioksidasi jadi urobilinogen yang berguna memberi warna pada tinja dan urin. Asam urat merupakan sisa metabolisme yang mengandung nitrogen (sama dengan amonia) dan mempunyai daya racun lebih rendah dibandingkan amonia, karena daya larutnya di dalam air rendah .

D.    Alat dan Bahan
a.       Uji glukosa dalam urine
·         Larutan benedict
·         Tabung reaksi
·         Pipet
·         Urine
·         Kaki tiga dan kasa asbes
·         Lampu spirtus
·         penjepit
b.      Uji albumin dalam urine
·         Urine
·         Asam nitrit
·         Tabung reaksi
·         Pipet
c.       Uji Chlorida dalam urine
·         Urine
·         Larutan AgNO310%
·         Tabung reaksi
·         Pipet
d.      Uji amonia dalam urine
·         Urine
·         Lampu spirtus
·         Tabung reaksi
·         Pipet
·         Kaki tiga dan kasa asbes
·         Penjepit



E.     Langkah Kerja
a.       Glukosa dalam urine
·         Mendidikan 5 ml larutan benedict ddalam tabung reaksi
·         Menambahkan 8 tetes urin kedalam larutan tadi dan dipanaskan lagi selama 1-2 menit kemudian biarkan larutan tersebut sampai dingin
·         Mengamati adanya perubahan warna (endapan) yang terjadi, bila : hijau : kadar glukosa 1%, merah : kadar glukosa 1,5%, orange : kadar glukosa 2%, dan kuning kadar glukosa 5 %.
b.      Albumin dalam urine
·         5 ml larutan asam nitrit di asukkan ke dalam tabung reaksi
·         Tabung reaksi dimiringkan kemudian ditetesi urin dengan menggunakan pipet secara perlahan-lahan sehingga urine turun melalui sepanjang tabung
·         Bila urine mengandung albumin maka akan terlihat adanya cincin berrwarna putih ynag terdapat pada daerah kontak urine dengan asam nitrit
c.       Chlorida dalam urine
·         5 ml urine dimasukan ke dalam tabung reaksi kemudian di tetesi dengan larutan AgNO3 sebanyak beberapa tetes
·         Kemudian peruabahn yang terjadi dimati, jika ada endapan putih berarti menunjukkan adanya chhorida radikal
d.      Amonia dalam urine
·         1 ml urin dimasukkan ke dalam tabung reaksi
·         Kemidian dipanaskan dengan lampu spirtus
·         Setelah dipanaskan dicium aroma bau yang keluar dari urine.


F.     Hasil Pengamatan
Tabel Hasil Pengamatan
Uji
Perubahan Warna

sampel urin A
sampel urin B
Uji Glukosa
Biru (-)
Hijau (+)
Uji Albumin
Tidak terdapat cincin warna putih (-)
Tidak terdapat cincin warna putih (-)
Uji Chlorida
Terdapat endapan putih (+)
Terdapat endapan putih (+)
Uji Amonia
Bau menyengat (pesing) (+)
Tidak terlalu menyengat (+)

G.    Pembahasan
Urine merupakan zat sisa metabolisme yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh setelah melewati beberapa proses di dalam ginjal seperti filtrasi, reabsorbsi dan augmentasi. Komposisi yang terkandung dalam urin meliputi air, urin, asam urat, amonia, natrium, chlorida, kalium dan fosfat.
Pada pengamatan atau percobaan yang telah kelompok kami lakukan, kami menggunakan dua sampel urin dari dua orang yang berbeda, sampel dari orang pertama kami memberi label dengan tanda A sedangkan pada orang kedua kami memberi label dengan tanda B. Pada kedua sampel tersebut dilakukan pengujian kadar glukosa, albumin, Chlorida dan amonia dengan perlakuan yang berbeda – beda pada setiap pengujian.
Pada uji kandungan glukosa, pada kedua sampel A dan B di beri perlakuan yang sama dengan meneteskan 8 tetes urin ke dalam larutan benedict yang telah di didihkan, kemudian dipanaskan kembali selama 1-2 menit lalu didinginkan dan diamati perubahan ynag terjadi. Setelah diamati pada sampel A tidak terjadi peruubahan atau tetap berwarna biru yang menandakan bahwa pada sampel urin A tidak terkadung glukosa, sedangkan pada sampel urin B berwarna hijau yang menandakan bahwa pada sampel B terkandung glukosa sebanyak 1% dan terindikasi terdapat gejala ganguan dalam ginjalnya.
Pada uji kandungan albumin, kami menggunakan larutan asam nitrit pekat yang ditetesi urin dari setiap sampel kemudian mengamati perubahan yang terjadi, setelah diamati pada kedua sampel urin A dan B tidak terdapat cincin berwarna puttih dan hal itu menunjukkan bahwa pada kedua sampel negatif tidak mengandung albumin.
Pada uji Chlorida, kami mengguanakan 5 ml urin yang di tetesi dengan larutan AgNO3 sebanyak beberapa tetes. Setelah diamati pada kedua sampel terdapat partikel – partikel kecil yang berwarna putih yang terdapat pada urin, dan hal itu menunjukkan bahwa pada kedua sampel urin positif mengandung Chlorida. Chlorida merupakan salah satu komposisi zat yang terkandung dalam urin. Selain Chlorida, amonia juga merupakan salah satu komposisi penyusun dalam urin. Pada uji amonia ini kami menggunakan 1 ml urin yang dipanaskan kemudian di cium aroma urinnya, pada sampel urin A bau yang tercium sangat menyengat sedangkan pada urin B bau yang tercium tidak terlalu menyengat, perbedaan aroma bau amonia pada kedua sampel mungkin dipengaruhi oleh faktor makanan yang di konumsi oleh pendonor sebelum mengeluarkan urinnya sehingga baunya berbeda-beda, akan tetapi bau yang timbul dari kedua sampel menunjukkan bahwa pada kedua sampel tersebut positif mengandung amonia.
Sehingga dapat dikatakan bahwa pada sampel urin A dan B dalam keadaan sehat karena pada urin tersebut  mengandung zat sisa amonia dan Chlorida yang bersifat racun jika tidak dikeluarkan, serta tidak mengandung glukosa dan albumin yang merupakan zat – zat yang seharusnya tidak ada dalam urin, meskipun pada urin B terdapat glukosa 1% akan tetapi itu masih dapat diminimalisir atau disembuhkan dengan menjaga  pola makan yang baik pengobatan sejak dini.

H.    Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1.      Pada uji glukosa pada sampel A negatif tidak terdapat glukosa sedangkan pada sam B positif (+) mengandung glukosa yaitu larutan berwarna hijau, artinya terindikasi mengandung 1 % glukosa.
2.      Pada uji albumin kedua sampel urin A dan B mendapatkan hasil negatiif (-) tidak mengandung albumin yang di tandai dengan tidak terdapat atau tidak ditemukannya cincin berwarana putih pada larutan.
3.      Pada uji chlorida dari kedua sampel mendapatkan hasil positif (+) mengandung klorida yaitu  terdapat endapan berupa partikel-partikel, dan larutan seperti minyak.
4.      Pada uji amonia dari kedua sampel mendapatkan hasil positif (+) mengandung amoniak, yaitu dittandai dengan tercium bau amonia dan larutan berwarna kuning. Hal ini membuktikan adanya penguraian urea dalam urine.
 LAMPIRAN




DAFTAR PUSTAKA

Anonym. Urin. http://id.wikipedia.org/wiki/urine. [online]. [27 Desember 2015]
Anonym. Kandungan urine. http://id.wikipedia.org/wiki/kandungan urine. [online].[27 Desember 2015]
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yoyakarta: Kanisius.
Nurjaman,Sopyan.2012.Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan.Bandung:Lili Creative  Poedjiadi, Anna dan F. M. Titin Supriyantini. 2005. Dasar- dasar Biokimia. Jakarta:
UI-Press.
Rusyana, Adun. (2011). Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktik). Bandung: Alfabeta.
Anonym.fiswan-sistem-ekskresi.dan-mikrobiologi.http://asihsriwijayanti.blogspot.co.id. [online]. [26 Desember 2014]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar