Minggu, 15 November 2015

Laporan Praktikum Proses Oksidasi dan Proses Respirasi

PROSES OKSIDASI DAN PROSES RESPIRASI
LAPORAN
PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

Kelompok                                :  4 (Empat)
Nama / NIM                            : Ririn Herlina (1354.2007)
  Siti Maelani (1354.2015)
  Siti Yulianti (1354.2018)
  Rismanudin (1354.2030)
  Siti Mudrikah (1354.2033)
Jurusan                                     : Biologi
Jadwal  kuliah                          :  Senin, 09 November 2015


 






LABORATORIUM BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
GARUT
2015
A.     Judul
Proses Oksidasi dan Proses Respirasi

B.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui respirasi sel
2.      Untuk memahami  proses respirasi anaerobik (fermentasi)
3.      Untuk menentukan  jenis respirasi sel pada suatu sel makhluk hidup
4.      Untuk memahami proses oksidasi dalam masa respirasi

C.     Landasan Teori
Di dalam sel tubuh manusia terjadi proses metabolisme. Menurut Kimball (1988), metabolisme adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan semua reaksi  kimia yang terlibat dalam mempertahankan keadaan hidup sel-sel dan organisme. Metabolisme dapat di kategorikan menjadi dua yaitu Katabololisme dan anabolisme.
Anabolisme adalah lintasan metabolisme yang menyusun beberapa senyawa organik sederhana menjadi senyawa kimia atau molekul kompleks. Proses ini membutuhkan energi dari luar. Energi yang digunakan dalam reaksi ini dapat berupa energi cahaya ataupun energi kimia. Energi tersebut, selanjutnya digunakan untuk mengikat senyawa-senyawa sederhana tersebut menjadi senyawa yang lebih kompleks. Jadi, dalam proses ini energi yang diperlukan tersebut tidak hilang, tetapi tersimpan dalam bentuk ikatan -ikatan kimia pada senyawa kompleks yang terbentuk (Guyton, 1997).
Sedangkan yang dimaksud dengan katabolisme yaitu reaksi penguraian senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan enzim. Penguraian senyawa ini menghasilkan atau melepaskan energi berupa ATP yang biasa digunakaan organisme untuk beraktivitas. Katabolisme mempunyai dua fungsi yaitu menyediakan bahan baku untuk sintesis molekul lain, dan menyediakan energi kimia yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas sel. Reaksi yang umum terjadi adalah reaksi oksidasi. Reaksi Oksidasi dapat didefinisikan sebagai peristiwa kehilangan elektron atau kehilangan hydrogen, sehingga disebut juga reaksi dehidrogenasi. Bila suatu senyawa dioksidasi maka harus ada senyawa lain yang direduksi, yaitu akan memperoleh elektron atau memperoleh hydrogen. (Sri Widya : 2000). Energi yang dilepaskan oleh reaksi katabolisme disimpan dalam bentuk fosfat, terutama dalam bentuk ATP (Adenosin trifosfat) dan berenergi elektron tinggi NADH2 (Nikotilamid adenin dinukleotida H2) serta FADH2 (Flavin adenin dinukleotida H2) (Guyton, 1997). Adapun proses katabolisme yang akan dibahas adalah mengenai respirasi sel.
Pada dasarnya, respirasi adalah proses oksidasi yang dialami SET sebagai unit penyimpan energi kimia pada organisme hidup. SET, seperti molekul gula atau asam-asam lemak, dapat dipecah dengan bantuan enzim dan beberapa molekul sederhana. Karena proses ini adalah reaksi eksoterm (melepaskan energi), energi yang dilepas ditangkap oleh ADP atau NADP membentuk ATP atau NADPH. Pada gilirannya, berbagai reaksi biokimia endotermik (memerlukan energi) dipasok kebutuhan energinya dari kedua kelompok senyawa terakhir ini. Kebanyakan respirasi yang dapat disaksikan manusia memerlukan oksigen sebagai oksidatornya. Reaksi yang demikian ini disebut sebagai respirasi aerob. Namun demikian, banyak proses respirasi yang tidak melibatkan oksigen, yang disebut respirasi anaerob. Yang paling biasa dikenal orang adalah dalam proses pembuatan alkohol oleh khamir Saccharomyces cerevisiae. Berbagai bakteri anaerob menggunakan belerang (atau senyawanya) atau beberapa logam sebagai oksidator. 
Respirasi dilakukan pada satuan sel. Proses respirasi pada organisme eukariotik terjadi di dalam mitokondria (Guyton, 1997). Melalui proses glikolisis, yaitu proses pengubahan atom C4 menjadi C3. Dilanjutkan dengan proses dekarboksilasi oksidatif yang mengubah senyawa C3 menjadi senyawa C2 dan C1(CO2). Kemudian daur krebs mengubah senyawa C2 menjadi CO2. Pada setiap tingkatan proses ini dihasilkan energi berupa ATP dan hydrogen.
Seperti telah dijelaskan di atas, ditinjau dari kebutuhannya akan oksigen, respirasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu
1.      Respirasi Aerob
Respirasi aerob yaitu serangkaian reaksi enzimatik yang menguubah glukosa secara sempurna menjadi CO2, H2O dan energi. Reaksi dapat terjadi secara sempurna karena terdapat cukup oksigen. energi yang dihasilkan dalam respirasi aerob adalah 38 ATP.
2.      Respirasi Anaerob (fermentasi)
Yaitu serangkaian reaksi enzimatik yang mengubah glukosa secara tidak sempurna karena kekurangan oksigen. energi yang dihasilkan dari respirasi anaerob ini hanya sebesar 2 ATP.
Menurut (Kimball, 1988), Fermentasi adalah proses pembebasan energy tanpa oksigen. Ciri-ciri dari fermentasi adalah terjadi pada organisme yang tidak membutuhkan oksigen bebas, terjadi proses glikolisis, tidak terjadi penyaluran elektron ke Siklus Krebs, dan Transpor Elektron Energi (ATP) yang terbentuk lebih sedikit jika dibandingkan dengan respirasi aerob. Fermentasi terdiri atas 3 macam, yaitu fermentasi asam laktat yang terjadi pada manusia, fermentasi alkohol dan fermentasi asam cuka terjadi pada tumbuhan. Prinsip dari sebuah fermentasi adalah memperbanyak jumlah mikroorganisme dan menggiatkan metabolismenya dalam bahan pangan. Bahan baku yang paling banyak digunakan oleh mikroorganisme adalah karbohidrat dari glukosa tetapi mikroorganisme juga dapat menggunakan protein dan lemak.

D.    Alat dan Bahan
a.       Alat yang digunakan :
1.      Tabung reaksi 4 buah

2.      Rak tabung

3.      Penjepit tabung reaksi

4.      Pipet tetes

5.      Gelas kimia

6.      Termometer

7.      Kaki tiga

8.      Bunsen

9.      Spritus
10.  Kasa asbes

11.  Alumunium poil


b.      Bahan yang digunakan ;
1.      Larutan ragi (15 gram dalam 250 ml larutan sukrosa 10%)
2.      Methylen blue yang diencerkan

3.      Larutan glukosa

E.     Langkah Kerja
1.      Pada masing-masing tabung diberi tanda/label dengan huruf A,B,C dan D
2.      5 ml larutan ragi yang telah dibuat dipanaskan dengan bunsen
3.      Larutan ragi yang telah di panaskan kemudian dimasukan masing – masing 1 ml ke dalam tabung reaksi A dan B
4.      Kemudian diambil larutan ragi yang masih dingin sebanyak 5 ml, lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi C dan D masing –masing sebanyak 1 ml
5.      1 ml larutan glukosa 10% dan 1 ml larutan methylen blue ditambahkan  pada ke empat tabung reaksi A, B, C dan D.
6.      Ke empat tabung tersebut diencerkan dengan aquades sebanyak 5 ml, kemudian masing – masing tabung di sumbat dengan ibu jari lalu di kocok .
7.      Pada tabung B dan D dibiarkan terbuka sedangkan pada tabung A dan C ditutup dangan aluminium foil.
8.      Ke empat tabung reaksi dimasukkan kedalam penangas air dengan suhu yang konstan antara 38-40o  c.
9.      Pada setiap tabung, perubahan warna yang terjadi di amati selang waktu 10 menit selama 40 menit.
10.  Hasil perubahan warna yang terjadi pada setiap tabung di catat pada lembar kerja.

F.      Hasil Pengamatan

Tabel hasil pengamatan perubahan warna larutan percobaan

Tabung
Warna
Sebelum
Sesudah (Menit )
101
102
103
104
A
Biru
+++
++
++
+
B
Biru
+++
++
++
+
C
Biru
+++
++
+
-
D
Biru
+++
+
-

Keterangan :
(+++)   : sangat biru (biru pekat)
(++)     : biru
(+)       : kurang biru (biru pudar)
(-)        : putih
G.    Pembahasan

Dari data tabel hasil pengamatan dapat dilihat perubahan warna yang terjadi pada ke empat masing-masing tabung. Pada tabung A dan B perubahan warna yang terjadi sangat sedikit karena faktor pemanasan sehingga organisme yang melakukan respirasi mati pada saat pemanasan tersebut, dan menghambat pada proses respirasi. Sedangkan pada tabung C dan D terjadi perubahan warna yang signifikan hingga warna putih yang menandakan tidak terjadi perubahan warna lagi, dan menandakan bahwa organisme yang berada pada tabung tersebut aktif melakukan respirasi sehingga proses respirasi berlangsung secara optimal.

Meskipun pada tabung C dan D terjadi perubahan warna yang menandakan terjadinya proses respirasi, tetapi dari ke dua tabung tersebut jelas terdapat perbedaan pula karena pada kedua tabung tersebut mendapatkan perlakuan yang berbeda.

Pada tabung C mendapat perlakuan dengan ditutup oleh allumunium foil sehingga tidak ada oksigen yang keluar masuk dan proses respirasi ini disebut dengan respirasi anaerob, respirasi yang berlangsung tanpa memerlukan oksigen dalam jumlah yang besar sehingga proses yang terjadi berlangsung cukup lama hal terseebut dapat di buktikan dari hasil pengamatan pada tabung C yang mengalami perubahan warna yang cukup lama, yaitu pada 10 menit ke empat baru menunjukkan perubahan warna biru menjadi warna putih (terjadi respirasi secara anaerob).

Sedangkan perlakuan pada tabung D dibiarkan terbuka sehingga oksigen dapat keluar masuk secara bebas dan proses respirasi yang terjadi pun berlangsung cukup cepat,  karena mikroorganisme yang bekerja pada tabung tersebut mendapatkan energi yang cukup untuk melakukan respirasi secara optimal. Hal tersebut ditandai dengan terjadinya perubahan warna biru menjadi putih yang cukup cepat yaitu pada 10 menit ke 3, Respirasi ini dinamakan dengan respirasi aerob.

H.     Kesimpulan
Respirasi sel merupakan suatu proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organik menjadi CO2, H2O dan energi yang berlanggsung di dalam mitokondria. Respirasi berdasarkan ketersedian oksigen terdapat dua jenis yaitu respirasi aerob dan respirasi anaerob. Respirasi aerob dapat berlangsung apabila ketersediaan oksigen cukup banyak sedangkan respirasi anaerob dapat berlangsung tanpa adanya oksigen sehingga proses yang berlangsung cukup lama. Sedangkan proses oksidasi merupakan proses peristiwa kehilangan elektron atau kehilangan hydrogen yang terjadi pada saat respirasi berlangsung. jika dilihat dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, proses respirasi secara aerob terjadi pada tabung A dan C sedangkan yang melakukan proses respirasi secara anaerob terdapat pada tabung B dan D. Proses yang terjadi pada setiap tabung mengalami perubahan yang berbeda-beda karena di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, ketersediaan oksigen dan PH lingkungan.


 Lampiran gambar



  
Daftar Pustaka

Campbell, N.A. Jane B. Reece and Lawrence G. Mitchell. 2000. Biologi Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta
Guyton, A.C & Hall, J.E. 1997. Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Kedokteran EGC. Jakarta
Kimball, J. W. 1988. Biologi. Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta
Nurjaman, Sopyan.2010. Modul Praktikum Fisiologi Hewan. Garut: Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP).
Widia, Sri. 2000. Penuntun Praktikum Biokimia(Praktikum Oksidasi Biologi).Jakarta: Widya Medika
I.       Jawaban Pertanyaan

1.      Apakah yang dimaksud dengan respirasi sel ?
Jawab :
Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organik menjadi CO2, H2O dan energi. Namun demikian respirasi pada hakikatnya adalah reaksi redoks, dimana substrat dioksidasi menjadi CO2 sedangkan O2 yang diserap sebagai oksidator mengalami reduksi menjadi H2O. Yang disebut substrat respirasi adalah setiap senyawa organik yang dioksidasikan dalam respirasi, atau senyawa-senyawa yang terdapat dalam sel tumbuhan yang secara relatif banyak jumlahnya dan biasanya direspirasikan menjadi CO2 dan air. Sedangkan metabolit respirasi adalah intermediat-intermediat yang terbentuk dalam reaksi-reaksi respirasi.

2.      Apakah yang dimaksud dengan oksidasi ?
Jawab :                      
Reaksi Oksidasi dapat didefinisikan sebagai peristiwa kehilangan elektron atau kehilangan hydrogen, sehingga disebut juga reaksi dehidrogenasi. Bila suatu senyawa dioksidasi maka harus ada senyawa lain yang direduksi, yaitu akan memperoleh elektron atau memperoleh hydrogen.(Sri Widya : 2000).

3.      Apa sebabnya terjadi perbedaan kecepatan perubahan warna antara tabung A, B dengan tabung C dan D ?
Jawab :

Perbedaan kecepatan perubahan warna pada keempat tabung terjadi karena jumlah bakteri (Saccaromyces) yang melakukan respirasi berbeda-beda. Adanya perbedaan jumlah bakteri dikarenakan perbedaan perlakuan pada masing-masing tabung yaitu pada tabung A dan B, larutan gist atau ragi didihkan terlebih dahulu, sehingga memungkinkan kandungan organisme yang ada dalam larutan mati atau berkurang akibatnya didalam tabung tidak terdapat aktivitas respirasi yang mengakibatkan air yang ada didalam tabung menjadi keruh. Hal inilah yang menyebabkan tabung A dan B mengalami perlambatan dalam perubahan warna. Sedangkan pada tabung C dan D larutan gist/ragi tidak dipanaskan sehingga warnanya cepat berubah karena organisme-organisme masih hidup dan melakukan respirasi, akibatnya larutan didalam tabung menjadi berwarna lebih jernih dibandingkan warna awal

Minggu, 01 November 2015

Laporan Praktikum Aktivitas Enzim Amilase


AKTIVITAS ENZIM AMYLASE
(Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Praktikum Fisiolgi Hewan Dari Dosen : Siti Nurkamilah, S.Pd)
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
RIRIN HERLINA (13542007)
SITI MAELANI (13542016)
SITI YULIANTI(13542018)
SITI MUDRIKAH(13542033)
RISMANUDIN(1354)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP-GARUT
2015
I.                   JUDUL                : Aktivitas enzim amylase
II.                TUJUAN             : Untuk mengetahui pengaruh temperature terhadap kerja enzim   amylase
III.             Landasan Teori
Hewan dan manusia memperoleh makanan yang dibutuhkan dari tumbuhan dan hewan lain. Fungsi makanan bagi tubuh adalah untuk menghasilkan energy, pertumbuhan, dan pengganti sel atu jaringan yang rusak. bahkan makanan yang dikonsumsi terdiri atas senyawa karbon, lemak, protein, vitamin, air dan garam mineral. Beberapa senyawa seperti karboidrat, lemak dan protein dapat diserap setelah melalui proses pencernaan. Melalui proses pencernaan makanan, senyawa tersebut di pecah menjadi molekul – molekul yang kecil dengan komposisi kimia sederhana sehingga dapat dengan mudah di serap oleh dinding saluran pencernaan.
Secara umum pencernaan makanan pada manusia melalui dua proses yaitu pencernaan fisik ( mekanik ) dan pencernaan kimiawi. Pencernaan fisik merupakan proses perubahan molekul makanan yang besar menjadi kecil – kecil, misalnya penghancuran makanan dengan gigi atau otot lambung. Pencernaan kimiawi adalah pemecahan zat pati (amilum) oleh ptyalin (suatu amilase) menjadi maltose, trisakarida dan dekstrin. ptyalin bekerja dirongga mulut pada ph 6,3 – 6,8 dan masih bekerja di lambung sampai asam lambung menurunkan ph-nya sehingga ptyalin tudak bekerja lagi. Air ludah juga mengandung sedikit lingual lipase, yakni suatu enzim yang memecahkan trigliserida menjadi asam lemak dan monogriserida, enzim ini bekerja terutama dalam suasana asam, yakni setelah makanan mencapai lambung.
Enzim merupakan senyawa protein yang dapat digunakan di dalam proses pencernaan makanan. adapun beberapa contoh enzim yang berperan dalam proses pencernaan makanan adalah sukrosa, amylase, lipase, pepsin, dan tripsin.
Kerja suatu enzim sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain suhu, pengaruh ph dan hambatan reversiabel.

IV.             ALAT DAN BAHAN     :
Alat
1.      Tabung reaksi
2.      Gelas kimia
3.      Alat penangas air dengan pengatur suhu
4.      Bunsen

5.      Kaki tiga

6.      Thermomete
7.      Penjepit tabung reaksi

8.      Pipet tetes
Bahan
1.      saliva
2.      kain kasa
3.      larutan amilum
4.      benedict
5.      lugol
V.                LANGKAH KERJA
1.      saliva yang telah terkumpul dari semua praktikan kemudian disaring dengan kain kasa kasar
2.      disediakan penangas air, setelah itu dipanaskan sampaii temperature yang diinginkan
3.      larutan amilum sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak tiga buah
4.      tabung reaksi dimasukkan  ke dalam penangas air yang telah disiapkan
5.      setelah 10 menit kemudian pada masing-masing tabung reaksi di masukkan 15 tetes saliva yang telah disaring dan dicatat waktu pemasukannya
6.      setiap interval 5 menit dilakukan tes dengan larutan lugol dan benedict sampai terjadi titik achromatis dan di catat waktunya
7.      selama pengujian lugol dan benedict tabung reaksi tidak boleh dikeluarkan dan dijaga masing-masing penangas air agar tetap konstan
8.      kemudian membandingkan hasil dari masing-masing tabung percobaan
VI.             HASIL
a.      Table hasil pengamatan dengan menggunakan larutan lugol
No
Waktu (menit)
Perubahan warna
24°C
37-38°C
>80°C
1
5
+
++
+
2
5
+
+
+
3
5
+
-(achromatis)
+
4
5
++

+
5
5
- (achromatis)

+
6
5


-(achromatis)
7
5



8
5



b.      Table hasil pengamatan dengan menggunakan benedict
No
Waktu (menit)
Perubahan warna
24°C
37-38°C
>80°C
1
5
+
+
+
2
5
++
+
+
3
5
++
+++
++++
4
5
++++
+++
+++
5
5
++++
++
++++
6
5
++++
++
++++
7
5
++
++
+++
8
5
+++
++
+++
Keterangan
1)      +++++       (sangat pekat)
2)      ++++         (pekat)
3)      +++           (cukup pekat)
4)      ++              (kurang pekat)
5)      +                (tidak pekat)
6)                      (achromatis)
VII.          PEMBAHASAN
pada percobaan yang telah kelompok kami lakukan yaitu uji enzim amylase melalui air ludah atau saliva yang bertujuan untuk mengetahui kandungan enzim amylase pada air ludah. uji ini dilakukan dengan menggunakan tiga perlakuan yang berbeda-beda, yang pertama pada suhu 24°C, pada suhu 37-38°C dan pada suhu >80°C.
pada suhu 24°C keadaan larutan amilum berwarna putih, selang 5 menit kemudian ditetesi saliva dan larutan lugol warna nya berubah menjadi warna kekuning-kuningan akan tetapi warnanya tidak pekat, dan untuk selanjutnya pada saat waktu ke 10 menitnya ditetesi lagi dengan saliva dan larutan lugol warnanya tetap seperti pada 5 menit sebelumnya, dan dilakukan pengulangan sampai menit ke 25 larutan amilum ini mengalami achromatis warnanya kembali menjadi putih dan tidak mengalami perubahan warna lagi dan ini menandakan bahwa enzim bekerja. untuk amilum yang ditetesi dengan saliva dan larutan benedict pada saat 5 menit pertama berwarna biru tidak pekat kemudian dilakukan penetesan yang sama pada interval waktu 5 menit, warna berubah menjadi biru yang cukup pekat.akan tetapi setelah dilakukan 8 kali pengulangan pada larutan ini tidak mengalami achromatis.
Pada suhu 37-38°C keadaan larutan amilum b erwarna putih, setelah 5 menit kemudian ditetesi dengan saliva dan larutan lugol mngalami perubahan warna yaitu kuning kurang pekat, kemudian dalam waktu yang ke 15 menit pada larutan ini mengalami achromatis tidak mengalami perubahan warna lagi. Sedangkan untuk larutan yang ditetesi dengan saliva dan larutan benedict pada 5 menit pertama warnanya biru tidak pekat dan setelah dilakukan pengulangan sampai 8 kali pada larutan ini tidak mengalami achromatis.
Pada suhu >80°C keadaan larutan amilum berwarna putih, setelah 5 menit kemudian ditetesi dengan saliva dan larutan lugol warnya berubah menjadi berwarna kuning yang tidak pekat, dan setelah dilakukan beberapa pengulangan warnanya tetap seperti 5 menit pertama akan tetapi pada menit ke 30 larutan ini mengalami achromatis.untuk larutan yang ditetesi  dengan saliva dan larutan benedict setelah dilakukan beberapa kali pengulangan samapai 8 kali dengan interval waktu 5 menit tetap tidak mengalami  achromatis.
VIII.       KESIMPULAN
dari hasil percobaan yang telah kelompok kami lakukan dapat disimpulkan bahwa kerja enzim amylase yang terdapat pada air liur atau saliva dapat dipengaruhi oleh suhu tertentu, dari hasi percobaan kelompok kami enzim yang bekerja dengan baik yaitu pada larutan yang ditetesi saliva dan larutan lugol pada suhu 37-38°C karena pada suhu inilah terjadi achromatis yang cepat dan menandakan bahwa enzim bekerja. sedangkan pada suhu 24°C kerja enzim sedikit lambat dan pada suhu >80°C kerja enzim lambat.
      kemudian untuk larutan yang ditetesi saliva dan benedict semua larutan pada suhu 24°C suhu 37-38°C dan suhu >80°C tidak mengalami achromatis.karena pda suhu rendah kerja enzim dapat terhenti secara reversible dilihat karena adanya endapan warna biru dari benedict yang tidak berubah, dan pada suhu >80°C terjadinya denaturasi enzim, karena dilihat dari perubahan warna yang kecoklatan dan penggumpalan saliva dan pada suhu yang tinggi makan enzim akan rusak dan tidak akan dapat bekerja.
LAMPIRAN


IX.             DAFTAR PUSTAKA