Minggu, 01 November 2015

Laporan Praktikum Aktivitas Enzim Amilase


AKTIVITAS ENZIM AMYLASE
(Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Praktikum Fisiolgi Hewan Dari Dosen : Siti Nurkamilah, S.Pd)
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
RIRIN HERLINA (13542007)
SITI MAELANI (13542016)
SITI YULIANTI(13542018)
SITI MUDRIKAH(13542033)
RISMANUDIN(1354)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP-GARUT
2015
I.                   JUDUL                : Aktivitas enzim amylase
II.                TUJUAN             : Untuk mengetahui pengaruh temperature terhadap kerja enzim   amylase
III.             Landasan Teori
Hewan dan manusia memperoleh makanan yang dibutuhkan dari tumbuhan dan hewan lain. Fungsi makanan bagi tubuh adalah untuk menghasilkan energy, pertumbuhan, dan pengganti sel atu jaringan yang rusak. bahkan makanan yang dikonsumsi terdiri atas senyawa karbon, lemak, protein, vitamin, air dan garam mineral. Beberapa senyawa seperti karboidrat, lemak dan protein dapat diserap setelah melalui proses pencernaan. Melalui proses pencernaan makanan, senyawa tersebut di pecah menjadi molekul – molekul yang kecil dengan komposisi kimia sederhana sehingga dapat dengan mudah di serap oleh dinding saluran pencernaan.
Secara umum pencernaan makanan pada manusia melalui dua proses yaitu pencernaan fisik ( mekanik ) dan pencernaan kimiawi. Pencernaan fisik merupakan proses perubahan molekul makanan yang besar menjadi kecil – kecil, misalnya penghancuran makanan dengan gigi atau otot lambung. Pencernaan kimiawi adalah pemecahan zat pati (amilum) oleh ptyalin (suatu amilase) menjadi maltose, trisakarida dan dekstrin. ptyalin bekerja dirongga mulut pada ph 6,3 – 6,8 dan masih bekerja di lambung sampai asam lambung menurunkan ph-nya sehingga ptyalin tudak bekerja lagi. Air ludah juga mengandung sedikit lingual lipase, yakni suatu enzim yang memecahkan trigliserida menjadi asam lemak dan monogriserida, enzim ini bekerja terutama dalam suasana asam, yakni setelah makanan mencapai lambung.
Enzim merupakan senyawa protein yang dapat digunakan di dalam proses pencernaan makanan. adapun beberapa contoh enzim yang berperan dalam proses pencernaan makanan adalah sukrosa, amylase, lipase, pepsin, dan tripsin.
Kerja suatu enzim sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain suhu, pengaruh ph dan hambatan reversiabel.

IV.             ALAT DAN BAHAN     :
Alat
1.      Tabung reaksi
2.      Gelas kimia
3.      Alat penangas air dengan pengatur suhu
4.      Bunsen

5.      Kaki tiga

6.      Thermomete
7.      Penjepit tabung reaksi

8.      Pipet tetes
Bahan
1.      saliva
2.      kain kasa
3.      larutan amilum
4.      benedict
5.      lugol
V.                LANGKAH KERJA
1.      saliva yang telah terkumpul dari semua praktikan kemudian disaring dengan kain kasa kasar
2.      disediakan penangas air, setelah itu dipanaskan sampaii temperature yang diinginkan
3.      larutan amilum sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak tiga buah
4.      tabung reaksi dimasukkan  ke dalam penangas air yang telah disiapkan
5.      setelah 10 menit kemudian pada masing-masing tabung reaksi di masukkan 15 tetes saliva yang telah disaring dan dicatat waktu pemasukannya
6.      setiap interval 5 menit dilakukan tes dengan larutan lugol dan benedict sampai terjadi titik achromatis dan di catat waktunya
7.      selama pengujian lugol dan benedict tabung reaksi tidak boleh dikeluarkan dan dijaga masing-masing penangas air agar tetap konstan
8.      kemudian membandingkan hasil dari masing-masing tabung percobaan
VI.             HASIL
a.      Table hasil pengamatan dengan menggunakan larutan lugol
No
Waktu (menit)
Perubahan warna
24°C
37-38°C
>80°C
1
5
+
++
+
2
5
+
+
+
3
5
+
-(achromatis)
+
4
5
++

+
5
5
- (achromatis)

+
6
5


-(achromatis)
7
5



8
5



b.      Table hasil pengamatan dengan menggunakan benedict
No
Waktu (menit)
Perubahan warna
24°C
37-38°C
>80°C
1
5
+
+
+
2
5
++
+
+
3
5
++
+++
++++
4
5
++++
+++
+++
5
5
++++
++
++++
6
5
++++
++
++++
7
5
++
++
+++
8
5
+++
++
+++
Keterangan
1)      +++++       (sangat pekat)
2)      ++++         (pekat)
3)      +++           (cukup pekat)
4)      ++              (kurang pekat)
5)      +                (tidak pekat)
6)                      (achromatis)
VII.          PEMBAHASAN
pada percobaan yang telah kelompok kami lakukan yaitu uji enzim amylase melalui air ludah atau saliva yang bertujuan untuk mengetahui kandungan enzim amylase pada air ludah. uji ini dilakukan dengan menggunakan tiga perlakuan yang berbeda-beda, yang pertama pada suhu 24°C, pada suhu 37-38°C dan pada suhu >80°C.
pada suhu 24°C keadaan larutan amilum berwarna putih, selang 5 menit kemudian ditetesi saliva dan larutan lugol warna nya berubah menjadi warna kekuning-kuningan akan tetapi warnanya tidak pekat, dan untuk selanjutnya pada saat waktu ke 10 menitnya ditetesi lagi dengan saliva dan larutan lugol warnanya tetap seperti pada 5 menit sebelumnya, dan dilakukan pengulangan sampai menit ke 25 larutan amilum ini mengalami achromatis warnanya kembali menjadi putih dan tidak mengalami perubahan warna lagi dan ini menandakan bahwa enzim bekerja. untuk amilum yang ditetesi dengan saliva dan larutan benedict pada saat 5 menit pertama berwarna biru tidak pekat kemudian dilakukan penetesan yang sama pada interval waktu 5 menit, warna berubah menjadi biru yang cukup pekat.akan tetapi setelah dilakukan 8 kali pengulangan pada larutan ini tidak mengalami achromatis.
Pada suhu 37-38°C keadaan larutan amilum b erwarna putih, setelah 5 menit kemudian ditetesi dengan saliva dan larutan lugol mngalami perubahan warna yaitu kuning kurang pekat, kemudian dalam waktu yang ke 15 menit pada larutan ini mengalami achromatis tidak mengalami perubahan warna lagi. Sedangkan untuk larutan yang ditetesi dengan saliva dan larutan benedict pada 5 menit pertama warnanya biru tidak pekat dan setelah dilakukan pengulangan sampai 8 kali pada larutan ini tidak mengalami achromatis.
Pada suhu >80°C keadaan larutan amilum berwarna putih, setelah 5 menit kemudian ditetesi dengan saliva dan larutan lugol warnya berubah menjadi berwarna kuning yang tidak pekat, dan setelah dilakukan beberapa pengulangan warnanya tetap seperti 5 menit pertama akan tetapi pada menit ke 30 larutan ini mengalami achromatis.untuk larutan yang ditetesi  dengan saliva dan larutan benedict setelah dilakukan beberapa kali pengulangan samapai 8 kali dengan interval waktu 5 menit tetap tidak mengalami  achromatis.
VIII.       KESIMPULAN
dari hasil percobaan yang telah kelompok kami lakukan dapat disimpulkan bahwa kerja enzim amylase yang terdapat pada air liur atau saliva dapat dipengaruhi oleh suhu tertentu, dari hasi percobaan kelompok kami enzim yang bekerja dengan baik yaitu pada larutan yang ditetesi saliva dan larutan lugol pada suhu 37-38°C karena pada suhu inilah terjadi achromatis yang cepat dan menandakan bahwa enzim bekerja. sedangkan pada suhu 24°C kerja enzim sedikit lambat dan pada suhu >80°C kerja enzim lambat.
      kemudian untuk larutan yang ditetesi saliva dan benedict semua larutan pada suhu 24°C suhu 37-38°C dan suhu >80°C tidak mengalami achromatis.karena pda suhu rendah kerja enzim dapat terhenti secara reversible dilihat karena adanya endapan warna biru dari benedict yang tidak berubah, dan pada suhu >80°C terjadinya denaturasi enzim, karena dilihat dari perubahan warna yang kecoklatan dan penggumpalan saliva dan pada suhu yang tinggi makan enzim akan rusak dan tidak akan dapat bekerja.
LAMPIRAN


IX.             DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar