LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI HEWAN
EKSKRESI (PEMERIKSAAN URIN)
(Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata
Kuliah Praktikum Fisiolgi Hewan Dari Dosen : Siti Nurkamilah, S.Pd)
Disusun
Oleh :
Ririn Herlina (1354.2007)
Siti Maelani (1354.2015)
Siti Yulianti (1354.2018)
Rismanudin (1354.2030)
Siti Mudrikah (1354.2033)
3B
(PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI)
LABORATORIUM
BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP-GARUT
2015
A.
Judul : Ekskresi (Pemeriksaan Urine)
B.
Tujuan
1. Untuk membuktikan ada tidaknya glukosa dalam urine
2. Untuk membuktikan ada tidaknya albumin dalam urine
3. Untuk membuktijkan ada tidaknya chlorida dalam urine
4. Untuk mengenal bau amonia dari hasil penguraian urea dalam
urine
C.
Landasan Teori
Sistem
ekskresi merupakan sistem yang berperan dalam pembuangan zat-zat yang sudah
tidak diperlukan (zat sisa) ataupun zat-zat yang membahayakan tubuh dalam
bentuk larutan. Ekskresi terutama berkaitan dengan pengeluaran senyawa-senyawa
nitrogen. Selama proses pencernaan makanan, protein dicerna menjadi asam amino
dan diabsorpsi darah, kemudian dipergunakan oleh sel-sel tubuh untuk membentuk
protein-protein baru. Di dalam tubuh vertebrata, asam amino yang berlebihan
akan dirombak menjadi ammonia dan diekskresikan lewat ginjal sebagai senyawa –
senyawa ammonium sulfat, ammonium fosfat, urea, asam urat atau trimethylamine.
Semua zat sisa yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh sebagian akan
dikeluarkan bersama urin (Team Pengajar: 2012).
Organ
ekskretori menjamin agar komposisi cairan tubuh dapat berada dalam perbandingan
yang benar. Pengaturan konsentrasi osmotis cairan tubuh dilakukan dengan
mengatur konsentrasi bahan-bahan terlarut dan air. Organ ekskretori berperan
pada pengeluaran senyawa buangan metabolism, misalnya hasil pemecahan senyawa
yang mengandung nitrogen. Pada manusia, diperlukan pula mekanisme pembuangan
senyawa eksogen (senyawa yang terkandung pada obat-obatan).
Fungsi utama organ ekskretori
adalah:
1) mempertahankan bahan terlarut yang sesuai bagi kebutuhannya;
2) mempertahankan volume tubuh (kandungan cairan);
3) membuang hasil akhir metabolism;
4) membuang bahan-bahan asing atau produk metabolism bahan tersebut
Pada hewan, organ ekskretori
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu organ ekskretori umum (vakuola
berdenyut, nefridia, saluran Malpighi, dan netron) dan organ ekskretori khusus
(kelenjar garam pada insang dan kelenjar rectum, insang, hati pada vertebrata)
(Wiwi Isnaeni: 2006).
Urine berbau
khas jika diberikan agak lama, berbau ammonia pada kisar 6.8-7.2. kandungan
air, urea, asam urat, ammonia, keratin, asam oksalat, asam fosfat, asam sulfat,
klorida. Volume urine normal, kisaran 900-1200ml.
v
Komposisi
Urine
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme
(seperti urea), garam
terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari
darah atau cairan
interstisial. Komposisi
urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi
tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa.
Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai
senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh.
Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis.
Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat
pembentukan kompos. Diabetes adalah
suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita
diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat. Kandungan Urin
Normal mengandung sekitar 95% air. Komposisi lain dalam urin normal adalah
bagian padaat yang terkandung didalam air. Ini dapat dibedakan beradasarkan
ukuran ataupun kelektrolitanya, diantaranya adalah :Molekul Organik : Memiliki
sifat non elektrolit dimana memiliki ukaran yang reativ besar, didalam urin
terkandung : Urea CON2H4 atau (NH2)2CO, Kreatin, Asam Urat C5H4N4O3, Dan
subtansi lainya seperti hormon.
Ion Sodium (Na+), Potassium (K+), Chloride (Cl-), Magnesium
(Mg2+, Calcium (Ca2+). Dalam Jumlah Kecil : Ammonium (NH4+), Sulphates (SO42-),
Phosphates (H2PO4-, HPO42-, PO43-), (Guyton, 1996)
Warna urine yang normal yaitu berwarna kekuning-kuningan. Obat-obatan dapat
mengubah warna urine seperti orange gelap. Warna urine merah, kuning, coklat
merupakan indikasi adanya penyakit ( Anonim, 2008 ).
Bau urine normal yaitu berbau aromatik yang memusingkan. Bau yang merupaka indikasi adanya masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu
( Anonim, 2008 )
Berat jenis adalah berat atau derajat konsentrasi bahan (zat) dibandingkan
dengan suatu volume yang sama dari yang lain seperti air yang disuling sebagai
standar. Berat jenis air suling adalah 1, 009 ml. Normal berat jenis : 1010 –
1025.
Kejernihan normal urine terang dan transparan. Urine dapat
menjadi keruh karena ada mucus (Anonim,2008).
PH normal urine sedikit asam (4,5 - 7,5). Urine
yang telah melewati temperatur ruangan untuk beberapa jam dapat menjadi alkali
karena aktifitas bakteri. Vegetarian urinennya sedikit alkali ( Anonim, 2008 ).
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau
obat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang
"kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal
dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan
mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup
steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril. Urin
dapat menjadi penunjuk dehidrasi.
v
Mekanisme
Pembentukan Urine
a. Penyaringan ( Filtrasi )
Filtrasi darah terjadi di glomerulus, dimana jaringan kapiler dengan
struktur spesifik dibuat untuk menahan komponen selular dan medium molekular protein besar kedalam vascular system, menekan cairan yang identik dengan
plasma di elektrolitnya dan komposisi air. Cairan ini disebut filtrate
glomerular. Tumpukan glomerulus tersusun dari jaringan kapiler. Di mamalia,
arteri renal terkirim dari arteriol afferent dan melanjut sebagai arteriol
eferen yang meninggalkan glomrerulus. Tumpukan glomerulus dibungkus didalam
lapisan sel epithelium yang disebut kapsula bowman. Area antara glomerulus dan
kapsula bowman disebut bowman space dan merupakan bagian yang mengumpulkan
filtrate glomerular, yang menyalurkan ke segmen pertama dari tubulus proksimal.
Struktur kapiler glomerular terdiri atas 3 lapisan yaitu : endothelium capiler,
membrane dasar, epiutelium visceral. Endothelium kapiler terdiri satu lapisan
sel yang perpanjangan sitoplasmik yang ditembus oleh jendela atau fenestrate.
Dinding kapiler glomerular membuat rintangan untuk pergerakan air dan
solute menyebrangi kapiler glomerular. Tekanan hidrostatik darah didalam
kapiler dan tekanan oncotik dari cairan di dalam bowman space merupakan kekuatn
untuk proses filtrasi. Normalnya tekanan oncotik di bowman space tidak ada
karena molekul protein yang medium-besar tidak tersaring. Rintangan untuk
filtrasi ( filtration barrier ) bersifat selektiv permeable. Normalnya komponen
seluler dan protein plasmatetap didalam darah, sedangkan air dan larutan akan
bebas tersaring.
Pada umunya molekul dengan raidus 4nm atau lebih tidak tersaring,
sebaliknya molekul 2 nm atau kurang akan tersaring tanpa batasan. Bagaimanapun
karakteristik juga mempengaruhi kemampuan dari komponen darah untuk menyebrangi
filtrasi. Selain itu beban listirk (electric charged ) dari sretiap molekul
juga mempengaruhi filtrasi. Kation ( positive ) lebih mudah tersaring dari pada
anionBahan-bahan kecil yang dapat terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam
amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati
saringan dan menjadi bagian dari endapan.Hasil penyaringan di glomerulus berupa
filtrat glomerulus (urin primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi
tidak mengandung protein).
b. Penyerapan (Absorsorbsi)
Tubulus proksimal bertanggung jawab terhadap reabsorbsi bagian terbesar
dari filtered solute. Kecepatan dan kemampuan reabsorbsi dan sekresi dari tubulus
renal tiak sama. Pada umumnya pada tubulus proksimal bertanggung jawab untuk
mereabsorbsi ultrafiltrate lebih luas dari tubulus yang lain. Paling tidak 60%
kandungan yang tersaring di reabsorbsi sebelum cairan meninggalkan tubulus
proksimal. Tubulus proksimal tersusun dan mempunyai hubungan dengan kapiler
peritubular yang memfasilitasi pergherakan dari komponen cairan tubulus melalui
2 jalur : jalur transeluler dan jalur paraseluler. Jalur transeluler, kandungan
( substance ) dibawa oleh sel dari cairn tubulus melewati epical membrane
plasma dan dilepaskan ke cairan interstisial dibagian darah dari sel, melewati
basolateral membrane plasma).
Jalur paraseluler, kandungan yang tereabsorbsi melewati jalur paraseluler
bergerakdari vcairan tubulus menuju zonula ocludens yang merupakan struktur
permeable yang mendempet sel tubulus proksimal satu daln lainnya. Paraselluler
transport terjadi dari difusi pasif. Di tubulus proksimal terjadi transport Na
melalui Na, K pump. Di kondisi optimal, Na, K, ATPase pump manekan tiga ion Na
kedalam cairan interstisial dan mengeluarkan 2 ion K ke sel, sehingga
konsentrasi Na di sel berkurang dan konsentrasi K di sel bertambah. Selanjutnya
disebelah luar difusi K melalui canal K membuat sel polar. Jadi interior sel
bersifat negative . pergerakan Na melewati sel apical difasilitasi spesifik
transporters yang berada di membrane. Pergerakan Na melewati transporter ini berpasangan
dengan larutan lainnya dalam satu pimpinan sebagai Na ( contransport ) atau
berlawanan pimpinan (countertransport ).
Substansi diangkut dari tubulus proksimal ke sel melalui mekanisme ini
(secondary active transport ) termasuk gluukosa, asam amino, fosfat, sulfat,
dan organic anion. Pengambilan active substansi ini menambah konsentrasi
intraseluler dan membuat substansi melewati membrane plasma basolateral dan
kedarah melalui pasif atau difusi terfasilitasi. Reabsorbsi dari bikarbonat
oleh tubulus proksimal juga di pengaruhi gradient Na.
c. Penyerapan Kembali ( Reabsorbsi )
Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99%
filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus
proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus
distal. Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino
dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada
filtrate dikeluarkan dalam urin. Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih
dari 178 liter air, 1200 g garam, dan 150 g glukosa. Sebagian besar dari
zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali.
Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder
yang komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder,
zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya,
konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya
ureum dari 0,03′, dalam urin primer dapat mencapai 2% dalam urin sekunder.
Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam mino meresap
melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osn osis. Reabsorbsi
air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal.
d. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di
tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah
96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu
yang berfungsi memberi warm dan bau pada urin. Zat sisa metabolisme adalah
hasil pembongkaran zat makanan yang bermolekul kompleks. Zat sisa ini sudah
tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme antara lain, CO2, H20, NHS, zat
warna empedu, dan asam urat (Cuningham, 2002).
Karbon dioksida dan air merupakan sisa oksidasi atau sisa pembakaran zat
makanan yang berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Kedua senyawa
tersebut tidak berbahaya bila kadarnya tidak berlebihan. Walaupun CO2 berupa
zat sisa namun sebagian masih dapat dipakai sebagai dapar (penjaga kestabilan
PH) dalam darah. Demikian juga H2O dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan,
misalnya sebagai pelarut (Sherwood.2001).
Amonia (NH3), hasil pembongkaran/pemecahan protein, merupakan zat yang
beracun bagi sel. Oleh karena itu, zat ini harus dikeluarkan dari tubuh. Namun
demikian, jika untuk sementara disimpan dalam tubuh zat tersebut akan dirombak
menjadi zat yang kurang beracun, yaitu dalam bentuk urea. Zat warna empedu
adalah sisa hasil perombakan sel darah merah yang dilaksanakan oleh hati dan
disimpan pada kantong empedu. Zat inilah yang akan dioksidasi jadi urobilinogen
yang berguna memberi warna pada tinja dan urin. Asam urat
merupakan sisa metabolisme yang mengandung nitrogen (sama dengan amonia) dan
mempunyai daya racun lebih rendah dibandingkan amonia, karena daya larutnya di
dalam air rendah .
D.
Alat dan Bahan
a. Uji glukosa dalam urine
·
Larutan benedict
·
Tabung reaksi
·
Pipet
·
Urine
·
Kaki tiga dan kasa
asbes
·
Lampu spirtus
·
penjepit
b. Uji albumin dalam urine
·
Urine
·
Asam nitrit
·
Tabung reaksi
·
Pipet
c. Uji Chlorida dalam urine
·
Urine
·
Larutan AgNO310%
·
Tabung reaksi
·
Pipet
d. Uji amonia dalam urine
·
Urine
·
Lampu spirtus
·
Tabung reaksi
·
Pipet
·
Kaki tiga dan kasa
asbes
·
Penjepit
E.
Langkah Kerja
a. Glukosa dalam urine
·
Mendidikan 5 ml
larutan benedict ddalam tabung reaksi
·
Menambahkan 8 tetes
urin kedalam larutan tadi dan dipanaskan lagi selama 1-2 menit kemudian biarkan
larutan tersebut sampai dingin
·
Mengamati adanya
perubahan warna (endapan) yang terjadi, bila : hijau : kadar glukosa 1%, merah
: kadar glukosa 1,5%, orange : kadar glukosa 2%, dan kuning kadar glukosa 5 %.
b. Albumin dalam urine
·
5 ml larutan asam
nitrit di asukkan ke dalam tabung reaksi
·
Tabung reaksi
dimiringkan kemudian ditetesi urin dengan menggunakan pipet secara
perlahan-lahan sehingga urine turun melalui sepanjang tabung
·
Bila urine mengandung
albumin maka akan terlihat adanya cincin berrwarna putih ynag terdapat pada
daerah kontak urine dengan asam nitrit
c. Chlorida dalam urine
·
5 ml urine dimasukan
ke dalam tabung reaksi kemudian di tetesi dengan larutan AgNO3 sebanyak
beberapa tetes
·
Kemudian peruabahn
yang terjadi dimati, jika ada endapan putih berarti menunjukkan adanya chhorida
radikal
d. Amonia dalam urine
·
1 ml urin dimasukkan
ke dalam tabung reaksi
·
Kemidian dipanaskan
dengan lampu spirtus
·
Setelah dipanaskan
dicium aroma bau yang keluar dari urine.
F.
Hasil Pengamatan
Tabel Hasil
Pengamatan
Uji
|
Perubahan Warna
|
|
sampel urin A
|
sampel urin B
|
|
Uji Glukosa
|
Biru (-)
|
Hijau (+)
|
Uji Albumin
|
Tidak terdapat cincin warna putih (-)
|
Tidak terdapat cincin warna putih (-)
|
Uji Chlorida
|
Terdapat endapan putih (+)
|
Terdapat endapan putih (+)
|
Uji Amonia
|
Bau menyengat (pesing) (+)
|
Tidak terlalu menyengat (+)
|
G.
Pembahasan
Urine merupakan
zat sisa metabolisme yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh setelah melewati
beberapa proses di dalam ginjal seperti filtrasi, reabsorbsi dan augmentasi.
Komposisi yang terkandung dalam urin meliputi air, urin, asam urat, amonia,
natrium, chlorida, kalium dan fosfat.
Pada pengamatan
atau percobaan yang telah kelompok kami lakukan, kami menggunakan dua sampel
urin dari dua orang yang berbeda, sampel dari orang pertama kami memberi label
dengan tanda A sedangkan pada orang kedua kami memberi label dengan tanda B.
Pada kedua sampel tersebut dilakukan pengujian kadar glukosa, albumin, Chlorida
dan amonia dengan perlakuan yang berbeda – beda pada setiap pengujian.
Pada uji
kandungan glukosa, pada kedua sampel A dan B di beri perlakuan yang sama dengan
meneteskan 8 tetes urin ke dalam larutan benedict yang telah di didihkan,
kemudian dipanaskan kembali selama 1-2 menit lalu didinginkan dan diamati
perubahan ynag terjadi. Setelah diamati pada sampel A tidak terjadi peruubahan
atau tetap berwarna biru yang menandakan bahwa pada sampel urin A tidak
terkadung glukosa, sedangkan pada sampel urin B berwarna hijau yang menandakan
bahwa pada sampel B terkandung glukosa sebanyak 1% dan terindikasi terdapat
gejala ganguan dalam ginjalnya.
Pada uji kandungan
albumin, kami menggunakan larutan asam nitrit pekat yang ditetesi urin dari
setiap sampel kemudian mengamati perubahan yang terjadi, setelah diamati pada
kedua sampel urin A dan B tidak terdapat cincin berwarna puttih dan hal itu
menunjukkan bahwa pada kedua sampel negatif tidak mengandung albumin.
Pada uji
Chlorida, kami mengguanakan 5 ml urin yang di tetesi dengan larutan AgNO3
sebanyak beberapa tetes. Setelah diamati pada kedua sampel terdapat partikel –
partikel kecil yang berwarna putih yang terdapat pada urin, dan hal itu menunjukkan
bahwa pada kedua sampel urin positif mengandung Chlorida. Chlorida merupakan
salah satu komposisi zat yang terkandung dalam urin. Selain Chlorida, amonia
juga merupakan salah satu komposisi penyusun dalam urin. Pada uji amonia ini
kami menggunakan 1 ml urin yang dipanaskan kemudian di cium aroma urinnya, pada
sampel urin A bau yang tercium sangat menyengat sedangkan pada urin B bau yang
tercium tidak terlalu menyengat, perbedaan aroma bau amonia pada kedua sampel
mungkin dipengaruhi oleh faktor makanan yang di konumsi oleh pendonor sebelum
mengeluarkan urinnya sehingga baunya berbeda-beda, akan tetapi bau yang timbul
dari kedua sampel menunjukkan bahwa pada kedua sampel tersebut positif
mengandung amonia.
Sehingga dapat
dikatakan bahwa pada sampel urin A dan B dalam keadaan sehat karena pada urin
tersebut mengandung zat sisa amonia dan
Chlorida yang bersifat racun jika tidak dikeluarkan, serta tidak mengandung
glukosa dan albumin yang merupakan zat – zat yang seharusnya tidak ada dalam
urin, meskipun pada urin B terdapat glukosa 1% akan tetapi itu masih dapat
diminimalisir atau disembuhkan dengan menjaga
pola makan yang baik pengobatan sejak dini.
H.
Kesimpulan
Dari hasil pengamatan
yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1.
Pada uji
glukosa pada sampel A negatif tidak terdapat glukosa sedangkan
pada sam B positif (+) mengandung glukosa yaitu
larutan berwarna hijau, artinya terindikasi mengandung 1 % glukosa.
2.
Pada uji
albumin kedua sampel urin A dan B mendapatkan hasil negatiif (-) tidak mengandung albumin yang di tandai dengan tidak terdapat atau tidak ditemukannya cincin berwarana putih pada larutan.
3.
Pada uji
chlorida dari kedua sampel mendapatkan hasil positif (+) mengandung klorida yaitu terdapat endapan berupa
partikel-partikel, dan larutan seperti minyak.
4.
Pada uji
amonia dari kedua sampel mendapatkan
hasil positif (+) mengandung amoniak, yaitu dittandai dengan tercium bau amonia dan larutan
berwarna kuning. Hal ini membuktikan adanya penguraian urea dalam urine.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Isnaeni,
Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan.
Yoyakarta: Kanisius.
Nurjaman,Sopyan.2012.Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan.Bandung:Lili
Creative Poedjiadi, Anna dan F. M. Titin Supriyantini. 2005. Dasar- dasar Biokimia. Jakarta:
UI-Press.
Rusyana, Adun. (2011). Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktik).
Bandung: Alfabeta.
Anonym.fiswan-sistem-ekskresi.dan-mikrobiologi.http://asihsriwijayanti.blogspot.co.id.
[online]. [26 Desember 2014]